Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Rahasia Homestay Sederhana yang Caranya Menyambut Tamu Sudah Ala Hotel Masa Depan

Beberapa minggu yang lalu, kesempatan yang saya tunggu-tunggu setelah sekian lama akhirnya datang juga. Apalagi kalau bukan, jalan-jalan ke Jogja.

Niat awal saya datang ke Jogja setelah sekian tahun sudah pasti pengen nostalgia. Tapi selain itu, saya juga sekaligus pengen mengobati rasa penasaran sama Masjid Jogokariyan.

Suasana Senja Menjelang Magrib di Masjid Jogokariyan

Maklum, saya sudah sering... Terlalu sering, bahkan. Membaca tulisan teman-teman blogger atau menonton VT-VT yang bertebaran di TikTok. Dari situ saya dengar, masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga merupakan pusat kegiatan sosial yang hidup dan penuh makna.

Sebagai alumni kampus wilayah utara Jogja yang lebih sering wara-wiri di sekitar Condong Catur, Babarsari, dan Malioboro, saya sebenarnya kurang begitu familiar dengan suasana Jogja bagian selatan, khususnya wilayah Jogokariyan.

Lingkungan Jogokariyan buat saya pribadi memang terasa masih asing meski dulu sempat bertahun-tahun di Jogja. Tapi emang, walau dulu pernah main jauh selatan, sampai nyasar ke Pantai Parangtritis, tapi itu hanya karena saya pengen menikmati suasana pantai dan jagung bakar.

Jadi, bisa dibilang, waktu itu saya cuma numpang lewat doang. Nggak benar-benar singgah. Maka kali ini, saya niatkan benar-benar stay sebentar di kawasan ini. Bukan hanya untuk berwisata religi ke Masjid Jogokariyan, tapi juga untuk berbaur dengan lingkungan khas Jogja yang autentik.

Mencari Penginapan yang Bisa Buat Kerja

Karena niatnya bukan liburan ala turis, saya mencoba mencari penginapan yang sederhana tapi bersih dan tenang. Yang penting dekat masjid, jadi bisa bolak-balik dengan jalan kaki tanpa harus sewa ojek online.

Saya sengaja nyari lewat Google Maps biar bisa langsung tau jaraknya dari Masjid. Pas, saya ketik kata kunci “penginapan terdekat Masjid Jogokariyan” di pencarian, hasil paling atas langsung muncul Guest House “penginapan terdekat Masjid Jogokariyan.”

Melihat hasil tersebut, saya langsung tersenyum. Lucu aja. Tapi juga bikin penasaran. Saya coba ukur lokasinya dari Masjid. Setelah saya cek, ternyata lokasinya beneran cuma seratus-an meter aja.

But, seperti biasa, saya juga merasa perlu membaca review dan melihat foto-fotonya serta menggali beberapa info untuk meyakinkan diri supaya nanti nggak kecewa.

Pasalnya, selain harus berlokasi dekat dari masjid saya juga membutuhkan tempat menginap yang menyediakan internet lancar supaya bisa sambil kerja.

Setelah membaca beberapa ulasan di Internet, ternyata homestay ini telah terhubung dengan internet (dan mulai meningkatkan layanannya lebih go digital). Nggak nyangka aja sih, karena dilihat dari penampilannya, homestay ini (saya sangka) hanya menyediakan internet rumahan biasa.

Inilah salah satu alasan yang membuat saya mantap memilih homestay yang belakangan saya tahu namanya sebagai “Homestay Rindu Jogokariyan.”

Homestay Rindu Jogokariyan Sudah Go Digital

Homestay Rindu Jogokariyan sejatinya adalah sebuah bangunan tua. Menurut pemiliknya, rumah ini sudah ada sejak tahun 1982. Meski sudah mendapat sentuhan modern, bangunan intinya masih dipertahankan dan bisa kita lihat di beberapa bagian.

Pemiliknya, Mas Yoga, kayaknya emang udah tau apa yang diinginkan oleh pelanggan. Ia paham betul bahwa tamu-tamu sekarang itu nggak cuma cari kasur empuk atau AC dingin. Tapi juga cari proses yang cepat, praktis, dan dukungan internet yang lancar jaya.

Penginapan dekat Masjid Jogokariyan

Bagaimana Mas Yoga mewujudkan homestay digital? Menurutnya, semua itu bermula dari Indibiz.

Ceritanya...

Lewat situs mereka yang tampilan dan menunya rapi, Mas Yoga nemu sistem manajemen hotel plus digital check-in yang sudah siap pakai. Istilahnya “plug and play.” Tinggal pilih fitur, pasang, bayar, dan voila! Tamu datang tinggal senyum-senyum. Data tersimpan, akses aman, dan tak perlu banyak basa-basi.

Bukan sok digital ya. Tapi solusi digital kayak gini tuh emang sudah jadi keharusan, khususnya untuk pelaku usaha (UKM) yang nggak mau ribet sama hal-hal yang bisa dikerjakan secara digital. Tentu, tujuannya adalah supaya praktis, serba cepat, dan serba mudah. Ya... intinya, efektifitas dan efisiensi sih kalau menurut saya.

Tampaknya Mas Yoga tahu betul, perkembangan teknologi itu wajib diikuti kalau nggak mau kehilangan pelanggan. Buktinya, meski nyempil di gang sempit, Homestay Rindu Jogokariyan makin eksis berkat kemauan pemiliknya untuk go digital.

Akomodasi Homestay Rindu Jogokariyan

Homestay-nya sendiri nggak neko-neko, tapi fungsional. Ada dua kamar tidur ber-AC yang bersih, dilengkapi smart TV buat tamu yang suka menghibur diri dengan konten digital atau drakor. Kamar mandinya juga nyaman, pakai toilet duduk dan airnya termasuk bersih serta lancar.

Dapurnya ada, meski nggak selengkap dapur di rumah, cocok buat tamu yang suka masak makanan sederhana atau ingin sekadar bikin kopi sendiri di pagi hari.

Suasananya asri dan bikin betah sambil nunggu waktu shalat. Dan tentu saja sudah ada WiFi. Lancar? So pasti! Tapi biarlah ia jadi pemanis. Karena bintang utamanya tetap, check-in digital yang bikin saya salfok.

Dan tahu nggak? Saya merasa kalau homestay yang berlokasi di RT 45 RW 12, Mantrijeron, ini bukan cuma sekedar tempat singgah. Tapi terasa seperti perpanjangan tangan Masjid Jogokariyan yang hangat, ramah, dan bersahabat.

Kalau ditanya, apakah tempat ini cocok buat menginap untuk wisata religi di Masjid Jogokariyan? Sangat cocok menurut saya. Tapi lebih dari itu, tempat ini sangat recommended buat siapa pun yang butuh tempat istirahat yang tenang.

Yup! Kadang healing itu emang nggak perlu pergi jauh-jauh ke pantai. Cukup cari penginapan yang ramah kantong, nyaman, dan udah go digital.

Sedikit Tentang Indibiz

Dari penuturan Mas Yoga (pemilik homestay), saya baru tahu kalau pencahariannya tentang digitalisasi pada sektor perhotelan didukung oleh Indibiz.

Buat kalian yang belum familiar, Indibiz itu adalah sebuah platform solusi digital yang memiliki berbagai macam produk digital siap pakai untuk mendukung bisnis skala UKM hingga lembaga besar.

Jadi, bukan cuma untuk industri hospitality seperti penginapan sekelas homestay, tapi bisa juga untuk hotel berbintang.

Dari sana lah Mas Yoga nemu fitur digital check-in dan sistem manajemen tamu yang sekarang dia pakai di Homestay Rindu Jogokariyan.

Katanya... “ini tinggal pasang, pilih fitur yang dibutuhkan, dan semuanya langsung jalan. Tanpa perlu ribet belajar coding atau rekrut IT support.”

Saya sempat mikir, ini homestay di kampung tapi udah kayak punya sistem kerja hotel modern. Jelas terasa banget upaya untuk meningkatkan kenyamanan tamu, bukan sekadar cari untung.

Saya kira, solusi digital Indibiz ini justru jadi harapan baru buat pelaku usaha di Indonesia yang ingin usahanya naik kelas tanpa harus ribet atau atau tanpa mewajibkan pemiliknya untuk paham IT secara mendalam.

Post a Comment for "Rahasia Homestay Sederhana yang Caranya Menyambut Tamu Sudah Ala Hotel Masa Depan"