Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ulasan Huawei MateBook Fold: Tablet Lipat Paling Ambisius, Tapi Relevankah untuk Pengguna Indonesia?

Di tengah pasar teknologi yang semakin matang dan, jujur saja, agak membosankan, Huawei MateBook Fold Ultimate Design hadir seperti sebuah ledakan diam. Bukan karena hype yang menggema ke mana-mana, tapi karena ini adalah salah satu perangkat paling berani, nyentrik, dan visioner yang pernah diluncurkan oleh Huawei. Tablet layar lipat berukuran 18 inci, dual OS (Harmony OS + Windows 11), build quality premium, dan semua ini dibungkus dalam ekosistem yang... ya, penuh tantangan.

Huawei MateBook Fold Ultimate Design

Tapi di luar semua kemewahan itu, kita perlu bertanya dengan sangat jujur: Apakah perangkat ini benar-benar masuk akal dan relevan untuk pengguna di Indonesia?

Desain: Satu Kata – Mewah (Tapi Berat)

Jika ada satu hal yang tak bisa dibantah, itu adalah betapa cantiknya MateBook Fold ini. Kulit asli membungkus bodi, detail krom mengkilap di sisi engsel, hingga aksen marmer di trackpad keyboard fisiknya, semua dibuat dengan ketelitian ala produk fashion mewah.

Desainnya memang luar biasa, tapi praktikalitas-nya masih bisa diperdebatkan.

Dengan bobot sekitar 1,16 kg, MateBook Fold lebih mirip ultrabook ketimbang tablet. Ya, ia tipis, fleksibel, dan bisa dilipat seperti buku, tapi jangan bayangkan kamu bisa santai pegang tablet ini sambil rebahan. Rasanya lebih seperti menyeimbangkan sebuah majalah edisi kolektor berbahan kulit di tanganmu.

Layar dan Form Factor: Tablet Rasa Monitor

Ulasan Huawei MateBook Fold

Layarnya adalah bintang utama di sini. Ukuran 18,23 inci dalam mode penuh menjadikannya salah satu tablet terbesar di dunia, dan ini bukan gimmick. Resolusinya tajam, responsif, dan cocok untuk banyak skenario produktif, terutama saat digunakan untuk multitasking, editing dokumen, membaca presentasi, atau konsumsi konten.

Form factor-nya fleksibel:

  • Bisa dibuka penuh seperti tablet.
  • Dilipat setengah seperti laptop.
  • Disangga dengan kickstand untuk jadi layar sekunder.

Huawei berhasil menciptakan sesuatu yang formally fresh, menghadirkan fleksibilitas baru dalam cara kita berinteraksi dengan perangkat komputasi. Tapi sekali lagi, fleksibilitas ini punya harga: tidak ergonomis kalau tidak ditaruh di meja.

OS dan Pengalaman Software: Harmony OS vs Windows 11

Inilah bagian yang paling kompleks: perangkat ini menggunakan dua sistem operasi. Harmony OS sebagai sistem utama, dan Windows 11 bisa diakses sebagai lingkungan desktop sekunder.

Harmony OS 5.0 Next: Polished tapi Terkurung

Harmony OS tampil elegan. UI-nya menyerupai desktop, lengkap dengan dock, tombol menu, dan shortcut yang familiar. Respons cepat, navigasi intuitif, dan antarmukanya mendukung layar besar dengan baik.

Tapi masalah besarnya adalah ekosistem.

Versi Harmony OS pada MateBook Fold adalah versi khusus China. Artinya:

  • Tidak ada Google Play Store.
  • Tidak bisa install APK.
  • GBox tidak berjalan.
  • Banyak aplikasi lokal Indonesia tidak tersedia.

Untuk pengguna Indonesia, ini bisa menjadi frustasi tersendiri. Bahkan sekadar install YouTube, Gmail, atau Google Docs pun butuh trik, dan tidak selalu berhasil.

Windows 11: Harapan Satu-Satunya?

Untungnya, ada Windows 11 yang menjadi penyelamat. Dengan OS ini, pengguna bisa kembali ke ekosistem global, menginstal software favorit seperti Microsoft Office, Adobe Suite, Chrome, dan lainnya tanpa kendala.

Namun, performa di Windows ini sangat tergantung pada spesifikasi hardware yang tidak dijelaskan secara gamblang oleh Huawei. Apakah chip-nya cukup kuat? Bagaimana manajemen daya saat switch OS? Ini masih menjadi tanda tanya besar.

Gaming: Keren untuk Dilihat, Tapi Jangan Terlalu Berharap

Mari kita jujur, MateBook Fold bukan untuk gamer. Spesifikasinya, meskipun terdengar besar (RAM 32GB, storage 2 TB), tidak diiringi dengan GPU kelas berat. Harmony OS juga tidak mendukung game Android internasional, dan ekosistem game China-nya pun terbatas untuk pengguna lokal.

Di Windows 11, game ringan mungkin masih bisa jalan. Tapi jangan harap memainkan Cyberpunk atau Valorant di sini. Ini bukan mesin game, dan Huawei pun tidak pernah mengklaimnya demikian.

Kamera dan Fotografi: Sekadar Pelengkap

Huawei dikenal dengan teknologi kameranya di lini smartphone, tapi di tablet ini, sektor kamera bukan fokus utama. Kamera depan dan belakang hanya cukup untuk video call, scan dokumen, atau foto darurat.

Jika kamu mencari perangkat untuk mobile photography atau konten visual, MateBook Fold bukan jawabannya. Ambil smartphone flagship Huawei jika itu prioritasmu.

Siapa yang Cocok dengan Huawei MateBook Fold?

Nah, ini pertanyaan kunci.

MateBook Fold adalah perangkat yang indah, berani, dan punya pendekatan baru terhadap bagaimana kita menggunakan teknologi komputasi. Tapi ia bukan perangkat “untuk semua orang.”

Cocok untuk:

  • Pengguna profesional yang kerja di meja, ingin layar besar dan desain fleksibel.
  • Tech enthusiast yang ingin mencoba teknologi terbaru dan paling beda.
  • Pengguna di ekosistem aplikasi China (bisa memaksimalkan Harmony OS).

Kurang cocok untuk:

  • Pengguna mobile yang sering berpindah lokasi.
  • Orang yang sangat bergantung pada aplikasi Android berbasis Google.
  • Gamer atau kreator konten visual.

Kesimpulan: Inovasi Tanpa Kompromi = Pasar Terbatas

Huawei MateBook Fold Ultimate Design adalah karya teknologi yang menakjubkan. Ini adalah jenis perangkat yang membuat kita membayangkan ulang masa depan tablet dan laptop. Inovatif? Sangat. Premium? Tidak diragukan. Tapi apakah itu berarti cocok untuk kamu? Belum tentu!

Untuk pengguna Indonesia, terutama yang tidak berada dalam ekosistem aplikasi China, perangkat ini akan terasa terbatas. Harmony OS tidak sepenuhnya usable, dan satu-satunya penyelamat adalah Windows 11 yang… belum tentu optimal performanya di perangkat ini.

Namun, jika kamu mencari sesuatu yang beda, ingin tampil stand out, dan bisa mentoleransi keterbatasan software, Huawei MateBook Fold adalah statement piece. Ini adalah teknologi masa depan, hadir hari ini, meski masih dalam versi pertama yang penuh kompromi.

Harga

Kisaran Rp 40–50 jutaan, membuatnya setara dengan ultrabook premium seperti MacBook Air M3, Dell XPS, atau bahkan satu set iPad Pro + Magic Keyboard.

Worth it? Kalau kamu tanya saya, jawabannya tergantung:

Kalau kamu butuh perangkat sempurna: tidak. Tapi kalau kamu ingin teknologi yang memancing rasa kagum, ini dia.

Kalau kamu tertarik beli, pastikan kamu:

  • Tahu batasan Harmony OS versi China.
  • Siap menggunakan Windows 11 sebagai OS utama.
  • Tidak bergantung pada Google Play atau aplikasi berbasis Android internasional.
  • Siap menerima bobot dan ukuran besar untuk layar besar dan fleksibilitas.

Huawei membuka jalan. Tapi apakah kamu siap menempuhnya?

Post a Comment for "Ulasan Huawei MateBook Fold: Tablet Lipat Paling Ambisius, Tapi Relevankah untuk Pengguna Indonesia?"